Beberapa saat yang lalu kita lihat dan dengar serta baca berita baik di radio, televisi dan media elektronik lainnya serta media cetak memberitakan mengenai kematian mahasiswa oleh sesama mahasiswa karena faktor senioritas. Sangat “miris” memang bahwa mereka sebenarnya mahasiswa yang secara kematangan individu dan kelompok seharusnya menjadi manusia ilmiah yang mengedepankan pemikiran logis atas semua tindakannya, baik dan buruknya tindakan yang akan diambil tetapi seakan itu semua hanya merupakan teori yang susah diterapkan. Pertanyaan besarnya sekarang adalah : Apakah memang pendidikan tinggi sekarang kehilangan arah dalam mendidik penerus bangsa yang berkarakter kebangsaan Indonesia ?
Mengutip berita dari Kompas.com, sosiolog kriminal Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Soeprapto menjelaskan “Para mahasiswa yang setiap tahun mendapat perlakuan keras dari para senior akhirnya mewariskan dendam kepada yunior sehingga muncul lingkaran setan aksi balas dendam“. Dengan alasan pembinaan pada yunior maka mahasiswa senior merasa bisa berlaku seenaknya kepada yuniornya karena mereka dulunya juga menerima perlakukan serupa dari senior mereka. Ini semacam lingkaran setan yang tidak akan pernah putus selama budaya kekerasan yang dibalut dengan “pembinaan pada yunior” tetap ada. Kampus adalah tempat pendidikan ilmiah yang semestinya menghasilkan masyarakat ilmiah dimana setiap tingkah laku dan pola pemikiran menggunakan dasar pemikiran logis baik tidaknya keputusan atas tindakan yang akan diambil.
Untunglah budaya salah jalan pada proses pembinaan mahasiswa baru yang menuju kekerasan di kampus STIE Kesuma Negara (STIEKEN) Blitar ini sudah tidak ada lagi sejak hampir 10 tahun yang lalu. Saat itu saya sebagai Pembantu Ketua I merubah model OPSPEK ke dalam model ceramah, seminar, kegiatan kebersamaan tanpa kekerasan dengan nama Student Day. Student Day ini fokus pada pembinaan ilmiah bukan pembinaan fisik. Kedisiplinan tidak harus dididik dengan kekerasan. Kedisiplinan bisa diajarkan dengan kelembutan asalkan pendidik bisa memberikan contoh kedisplinan. Kedisiplinan juga bisa diperoleh dengan model reward and punishment dengan catatan punishment yang lembut, misalnya hukuman pada nilai atau hukuman tugas ilmiah yang harus diselesaikan.
Saya berpendapat bahwa tidak ada perguruan tinggi yang memiliki model pendidikan untuk mendidik mahasiswanya dengan kekerasan. Tidak ada sama sekali. Hanya saja memang terkadang pengawasan perguruan tinggi terhadap tingkah laku mahasiswanya juga tidak bisa 100% karena mahasiswa memiliki aktivitas di dalam dan di luar kampus yang tidak mungkin hanya diawasi oleh kampus saja. Oleh karena itu, di STIE Kesuma Negara (STIEKEN) Blitar selalu memberikan himbauan kepada mahasiswa agar memiliki perilaku ilmiah yang santun serta saling menghormati tanpa memandang senioritas. Hal ini juga dicontohkan melalui kebersamaan semua dosen dan tenaga kependidikan pada berbagai kegiatan yang melibatkan mahasiswa tanpa memandang senioritas.
Dengan model pembinaan dan pendidikan berbasis ilmiah serta kebersamaan diatas, maka mahasiswa bisa belajar dan menerima pendidikan di kampus dengan tenang tanpa ketakutan, serta bagi calon mahasiswa baru juga tidak perlu takut untuk mendaftar di Kampus STIEKEN Blitar karena tidak ada phobia balas dendam senior ke yunior. Untuk itu saya tunggu adik-adik calon mahasiswa di Kampus STIEKEN Blitar dan menjadi bagian kami sebagai masyarakat ilmiah yang betul-betul berjiwa intelektual. Selamat Bergabung!!
[twitter style=”vertical” float=”left”]
You must be logged in to post a comment.